GURU SEBAGAI MOTIFATOR

Hamzah Umasugi

Sekolah Tinggi Agama Islam Babussalam Sula Maluku Utara hamzahumasugi21@gmail.com

Abstrak

Sebagai langkah ikhtiar dalam memberikan dorongan dan semangat pembelajaran, perlu dilakukan inovasi dalam sistem pendidikan dimana perlu adanya karya guru dalam melakukan belajar dan pembelajaran aktif sehingg para siswa dapat berminat mengikuti proses belajar sebagai salah satu kebutuhan yang mendasar. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Dengan demikian tujuan dari motivasi baik secara ekstrinsik maupun intrinsik sepenuhnya akan manjadi tuntutan dasar bagi setiap pelaku pendidikan dengan tidak meninggal tanggung jawabnya masing-masing dalam membimbing serta mendidik setiap peserta didik menjadi pribadi yang kompetitif. Sehingga dapat dirumuskan bahwa dalam memberikan motivasi guru harus mampu dan dapat membimbing setiap siswa menjadi pribadi yang menuju ke arah pendewasaan mental, sehingga pada setiap proses pembelajaran haruslah selalu diawali dengan keinginan serta dorongan dan semangat akan hasil belajar agar dapat membangkitkan minat setiap siswa dalam mempelajari setiap materi ajar, yang juga diharapkan untuk dipelajarinya.

Kata Kunci: Guru, Motivator

Abstract

As an endeavor step in providing encouragement and spirit of learning, it is necessary to innovate in the education system where there needs to be the work of teachers in conducting active learning and learning so that students can be interested in following the learning process as one of the fundamental needs. Motivation in learning is an important factor because it is a condition that encourages students to learn. The question of motivation in learning is how to organize so that motivation can be improved. Similarly, in teaching and learning activities students will succeed if they have the motivation to learn. So that it can be formulated that in providing motivation the teacher must be able and able to guide each student into a person who leads towards mental maturity, so that in each learning process must always begin with the desire and encouragement and spirit of the learning outcomes in order to arouse the interest of each student in learning each teaching material, which is also expected to be learned.

A.  Pendahuluan

1.   Pengantar Penulis

Dewasa ini berbagai penelitian dan kajian yang telah banyak dilakukan oleh ahli, pakar maupun pemerhati pendidikan dinegara ini, sedemikian bersemangat untuk mencari formula terbaik dalam melahirkan strategi pembelajaran yang ampuh demi menciptakan nuansa tersendiri bagi minat belajar peserta didik. kementrian pendidikan nasional pun telah berulang kali merenofasi berbagai bentuk kurikulum demi ketercapain sistem pembelajaran yang baik serta efektif, namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah telah terpenuhi kriteria guru sebagai tenaga profesional yang handal, ataukah masih kurangnya pemberdayaan kompetensi guru pada bidang keilmuan masing-masing?

Ahmad D. Marimba mengemukakan: “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.1 Dari sinilah setiap tenaga pendidik (guru) harus menjadi pembimbing demi mengarahkan peserta didik (siswa) kearah pendewasaan hakiki, meskipun barangkali sebagian diantara kita mengetahui tentang apa itu bimbingan atau dorongan dalam mengarahkan peserta didik (siswa) akan tetapi yang terjadi tidak sesederhana sebagaimana kita fikirkan, sebab dalam mengarahkan peserta didik seorang guru harus membutuhkan stamina lebih guna menjadikan nuansa pembelajaran dikelas ataupun diluar kelas dapat diminati setiap siswa. Dalam arti sederhana yang kita ketahui, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.2 selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.3 Sehingga perlu bagi setiap tenaga pendidikan seyogyanya menjadikan siswa sebagai satu kesatuan utuh dan saling membutuhkan sesamanya, dengan begitu dapat terciptanya dorongan (motivasi) bagi siswa dalam menerima setiap proses education secara baik.

2.   Tujuan

  1. Untuk dapat mengetahui pentingnya motivasi bagi seorang guru.
  2. Untuk dapat mengetahui pentingnya motivasi dalam sebuah proses pembelajaran dan

3.   Rumusan

  1. Bagaimana pengertian motivasi bagi seorang guru
  2. Bagaimana mengetahui pentingnya motivasi dalam proses pembelajaran dan belajar.

1 Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan (umum & Agama Islam).-Ed. Revisi – 10-Jakarta; Rajawali Pers, 2012. Hal.3

2 Desawa disini dimaksudkan adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, paedagogis dan sosiologis.

3 Sudirman N.,dkk.,Ilmu Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992. Hal.4

A.  Pembahasan

1.   Motivasi dan Pentingnya Motivasi

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan disekolah, di rumah dan ditempat lain seperti di museum, perpustakaan. Ditinjau dari segi guru, kegiatan belajar siswa tersebut ada yang tergolong dirancang dalam desain instruksional. Kegiatan belajar yang termasuk rancangan guru, bila siswa belajar ditempat-tempat tersebut untuk mengerjakan tugas- tugas belajar sekolah, disamping itu ada juga kegiatan belajar yang tidak termasuk rancangan guru. Artinya, siswa belajar karena keinginannya sendiri. Pengetahuan tentang belajar “belajar, karena diberi tugas” dan “belajar, karena motivasi diri” nilai ini sangat penting bagi guru dan calon guru. Pertanyaan; 1). Bagaimana bentuk motivasi yang dilakukan guru terhadap siswa, 2). Guru harus mampu mengidentifikasi jenis motivasi terhadap minat belajar siswa, 3). Mengupayakan peningkatan motivasi belajar siswa.4 Sebagaimana yang uraikan sebelumnya, ketiga peristiwa tersebut menunjukan peran siswa dan guru dalam kegiatan belajar. Sebagai seorang guru, kita memiliki berbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru.Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk keberkesanan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.

a.   Pengertian Motivasi

Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber yakni guru. Guru tidak sekedar sebagai pengajar, namun sebaliknya sebagai penggerak dalam menghipnotis siswa pada setiap proses bimbingan di sekolah. Siswa belajar karena adanya dorongan yang lahir dari kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Ahli psikologi pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku individu untuk belajar.5

4 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran.-jakarta; Rineka Cipta, 2013. Hal. 79

5 Koeswara, E.. Motivasi. Bandung; Angkasa. Dalam., Dr. Dimyati, Belajar dan Pembelajaran.-

jakarta; Rineka Cipta, 2013. Hal.80

a.   Guru sebagai penggerak motivasi

Sebagai seorang guru, kita memiliki berbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru. Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang dan membimbing pelajar dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berjaya menjadikan pelajarnya bermotivasi dalam pelajaran. Oleh itu untuk kesan dalam pengajaran, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pemberlajaran pelajar itu ke tahap yang maksimum.

Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi pelajarnya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya secara optimal. Oleh kerana itu, guru perlu memahami dan menghayati serta menerapkan berbagai prinsip dan teknik-teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi pelajar dalam pembelajaran. Memang banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeda- beda yang perlu diketahui oleh guru, karena di dalam usaha memotivasi pelajar sesungguhnya tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling mujarab dipakai untuk semua pelajar, sepanjang masa, dan untuk semua situasi. Berbeda mata pelajaran, berbeda keperibadian pelajar, dan berbeda keperibadian guru menuntut perbedaan prinsip dan teknik yang dipakai dalam memotivasi pelajar. Oleh kerana itu, perbedaan mata pelajaran, keperibadian pelajar dan keperibadian guru harus dipertimbangkan dalam memilih prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang akan dipakai dalam memotivasi pelajar.

Di dalam kelas yang pelajar-pelajarnya terdiri dari kelompok yang memiliki kemampuan yang sama namun berbeda keperibadian dan minat, variasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang dipakai akan lebih banyak. Di dalam kelas mungkin kita akan menemui beberapa orang pelajar yang mampu memotivasi dirinya sendiri. Pelajar- pelajar seperti ini tidak banyak memerlukan pertolongan dari guru untuk merangsang minat mereka dalam belajar, kerana mereka mampu mendorong diri mereka sendiri. Kebanyakan pelajar akan mempunyai motivasi belajar jika kita menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi mereka, namun ada pula sejumlah pelajar yang baru akan termotivasi jika kita melakukan usaha-usaha khusus bagi mereka. Oleh kerana itu kita sebagai guru hendaklah fleksibel dalam memakai berbagai pendekatan dalam merangsang minat pelajar dalam belajar, serta mampu menerapkan berbagai prinsip dan teknik yang berbeza sesuai dengan keperluan masing-masing pelajar.

1.   Jenis dan Sifat Motivasi

Jenis motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:6

  1. Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya.

  1. Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.

Adapun sifat motivasi dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

1.   Motivasi Intrinsik

Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan beripa pengetahuan yang ia dapatkan.

2.   Motivasi Ekstrinsik

Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain.

3.   Teori motivasi

Menurut Sri Mulyani seperti dikutip oleh Darsono teori motivasi dibagi menjadi tiga yaitu: motif berprestasi, motif berafiliasi dan motif berkuasa.7 Dalam Dimyati mengutip pendapat Maslow, mengemukakan kebutuhan akan motivasi berdasarkan 5 tingkatan penting yaitu8:

  1. Kebutuhan fisiologis adalah berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, papan atau perumahan, pangan.
  2. Kebutuhan akan perasaan aman adalah berhubungan dengan keamanan yang terkait fisik maupun psikis, bebas dari rasa takut dan cemas.
  3. Kebutuhan sosial adalah diterima dalam lingkungan orang lain yaitu pemilikan harga diri, kesempatan untuk maju.
  4. Kebutuhan akan penghargaan usaha menumbuhkan jati
  5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri adalah kebutuhan individu menjadi sesuatu yang sesuai
  6. Kebutuhan-kebutuhan ini hendaknya dapat dipenuhi Siswa yang memiliki kebutuhan akan motivasi , akan merasa nyaman dalam belajar, dapat giat dan tekun karena berbagai kebutuhannya dapat terpenuhi.

6 Dimyati. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud. 2005; Hal. 24

7 Darsono, Max. dkk. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2000

8 Opcit. Dimyati, Hal. 27

3.   Motivasi dalam Belajar

Motivasi belajar merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam belajar dan pembelajaran. Jika guru telah berhasil membangun motivasi pelajar semasa belajar dan pembelajaran maka guru itu telah berhasil dalam proses mengajar. Namun pekerjaan ini tidaklah mudah. Memotivasi peserta didik (siswa) tidak hanya menggerakkan mereka agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan mereka terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas ataupun setelah meninggalkan sekolah. Untuk meyakinkan diri kita bahwa memotivasi mereka untuk belajar merupakan tugas pokok bagi seorang guru dan berkewajiban pula melaksanakannya, maka pendekatan Behavioristik perlu kita jadikan pedoman dalam mengajar. Para pakar Behavioristik mengemukakan bahwa motivasi ditentukan oleh suasana ketika terjadi proses pembelajaran. Guru merupakan penggerak yang sangat berperan di dalam proses belajar. Oleh kerana itu, meningkatkan motivasi pelajar dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.9

Mengapa usaha memotivasi belajar itu sangat penting bagi guru? Sesetengah guru mungkin beranggapan bahwa tugas mereka sebagai guru hanyalah mengajar saja, bukan menimbulkan minat belajar terhadap apa yang mereka ajarkan. Guru-guru seperti ini menghabiskan waktu mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak perduli dengan apa yang mereka sajikan kepada peserta didik (siswa) yang mereka ajarkan atau yang mereka terangkan itu apakah dapat diterima oleh siswa atau tidak. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan yang mereka ajarkan itu bermanfaat atau sebaliknya dan mempengaruhi tingkah laku atau perkembangan siswa maupun tidak sama sekali. Guru-guru seperti ini tidak menyadari bahwa setiap peserta didik yang tidak berminat tidak akan dapat menerima pelajaran dengan baik. Siswa yang tidak berminat terhadap apa yang diajarkan oleh guru tetapi dia diharuskan mempelajarinya, ini akan dapat menimbulkan suatu perasaan benci terhadap mata pelajaran itu, bahkan untuk selanjutnya pelajar itu tidak akan mereka sukai untuk mempelajarinya. Di dalam kelas dimana proses belajar terjadi yang kita ajarkan mungkin kita akan mendengar siswa berkata, “Saya tidak mampu belajar Bahasa Inggeris” atau “Saya tidak dapat belajar matematik.” Jika kita teliti permasalahannya, bukan karena kedua mata pelajaran tersebut sukar atau tidak menyenangkan, tetapi kerana guru kedua mata pelajaran itu tidak menggunakan strategi yang berkesan, sehingga siswa tidak tertarik untuk mempelajarinya. siswa tidak termotivasi, malahan merasakan mata pelajaran tersebut menjadi menyiksa mereka.

9 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran.-jakarta; Rineka Cipta, 2013. Hal. 94

Guru seharusnya menggunakan waktu yang banyak ketika mengajar untuk memotivasi setiap peserta didik (siswa). Siswa yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan siswa yang kurang atau tidak termotivasi semasa belajar. Ini menandai, jika guru dapat membangun motivasi siswa terhadap pelajaran yang diajar maka diharapkan siswa akan senantiasa meminati mata pelajaran tersebut. Sesungguhnya usaha memotivasi siswa dalam pendidikan adalah merupakan suatu proses yakni; (1) membimbing siswa untuk menerima berbagai pengalaman yakni dalam proses belajar yang sedang berlangsung;

(2) proses yang dapat menimbulkan semangat dan keaktifan pada diri siswa sehingga dia benar-benar bersedia untuk belajar; dan (3) proses yang menyebabkan perhatian siswa tertumpu kepada satu arah atau tujuan pada satu ketika, yaitu tujuan belajar.10 Situasi kelas yang peserta didiknya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah laku siswa lain. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan; menunjukkan ketekunan yang tinggi; variasi aktiviti belajar mereka pun akan lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin.

Oleh kerana itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka motivasi guru sangatlah penting terhadap keberhasilan minat belajar siswa, hal ini sangat perlu untuk dipertimbangan oleh setiap guru agar terciptanya generasi cerdas. Ini bermakna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah laku pelajar yang negatif, kerana mereka terlibat aktif dalam belajar dan terangsang untuk belajar. Sebenarnya tujuan jangka panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi pelajar dalam belajar adalah terbentuknya motivasi sendiri. Kita sebagai guru ingin agar setiap siswa selalu terdorong untuk mengembangkan minatnya untuk belajar walau di mana pun dia berada. Kita berharap agar siswa – siswa kita senantiasa ingin menimba berbagai ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan kita. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri setiap siswa suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.

Dalam proses mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan pemahaman yang bermanfaat untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi siswanya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berlangsung secara optimal. Oleh kerana itu, guru perlu memahami dan menghayati serta menerapkan berbagai prinsip dan teknik-teknik untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Memang banyak sekali prinsip dan teknik yang berbeda-beda yang perlu diketahui oleh guru, karena di dalam usaha memotivasi pelajar sesungguhnya tidak hanya satu prinsip dan teknik yang paling mujarab dipakai untuk semua peserta didik (siswa), sepanjang masa, dan untuk semua situasi. Berbeda mata pelajaran, berbeda kepribadian pelajar, dan berbeda kepribadian,

sehingga guru menjadi tuntutan dalam perbedaan prinsip dan teknik yang dipakai dalam memotivasi pelajar. Oleh kerana itu, perbedaan mata pelajaran, kepribadian siswa dan kepribadian guru harus dipertimbangkan dalam memilih prinsip-prinsip dan teknik- teknik yang akan dipakai dalam memotivasi siswa.

10 Ibid. Hal. 99

3.   Motivasi dan Kebutuhan

Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, seringkali pengajar harus berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademisnya tidak sesuai dengan harapan pengajar. Bila hal ini terjadi dan ternyata kemampuan kognitifnya cukup baik, pengajar cenderung untuk mengatakan bahwa siswa tidak bermotivasi dan manganggap hal ini sebagai kondisi yan menetap.

Sebenarnya motivasi, yang menurut Eysenck dan kawa-kawan dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak termotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan pengajar. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk berprestasi disekolah, akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatan-kekuatan lain, seperti misalnya teman-teman yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di sekolah. Jumlah motivator yang mempengaruhi siswa pada suatu saat yang sama dapat banyak sekali, dan motif-motif (yaitu yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku) yang dibangkitkan oleh motivator-motivator tersebut mangakibatkan terjadinya sejumlah tingkah laku yang dimungkinkan untuk ditampilkan oleh seorang siswa.

Ada bermacam-macam motivasi, salah satu teori yang terkenal kegunaannya untuk menerangkan motivasi siswa adalah yang dikembangkan oleh Maslow dalam Slameto bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan- kebutuhan tertentu. Kebutuhan ini yang memotivasi seseorang dibagi ke dalam 7 kategori.11

  1. Fisiologi

Ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, meliputi kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat berlingdung, yang penting untuk mempertahankan hidup.

  1. Rasa aman

Ini merupakan kebutuhan kepastian keadaan dan lingkungan yang dapat diramalkan, ketidakpastian, ketidakadilan, keterancaman, akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada diri individu.

  1. Rasa cintaa

Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain.

  1. Penghargaan

Ini merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh orang-orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan kebutuhan perhatian, ketenaran, status, martabat, dan lain sebagainya.

  1. Aktualisasi diri

Ini merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.

  1. Mengetahui dan mengerti

Ini merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya, untuk mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan, dan untuk mengerti sesuatu.

  1. Estetik

Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan.

Dalam hal ini siswa berusaha mencapai hasil yang sebaik-baiknya di sekolah untuk mengesankan orang lain, mendapatkan perhatian yang menyenangkan, untuk dikenang dengan baik oleh orang lain. Mereka ingin membuktikan pada orang lain bahwa mereka tidak hanya bisa sukses, tapi juga dapat mengalahkan teman-teman sekelasnya. Hal ini terutama terjadi pada siswa-siswa yang sudah lebih dewasa. Kadang-kadang siswa-siswa, terutama disekolah lanjutan atas dan perguruan tinggi, berprestasi baik karena nilai praktis mata pelajaran atau ketrampilan yang dipelajarinya. Bila mereka melihat kegunaan suatu subyek sehubungan dengan karirnya, maka mereka akan berusaha mempelajarinya walaupun mereka tidak menyukinya. Disamping siswa- siswa yang berusaha mencapai prestasi akademis yang baik karena adanya kebutuhan- kebutuhan tertentu diluar perbuatan itu sendiri yang ingin dipenuhi (motivasi ekstrinsik), ada pula siswa yang berusaha mencapai prestasi akademis yang baik semata-mata karena ia ingin belajar (motivasi intrinsik). Siswa yang termasuk dalam golongan terakhir ini mungkin saja memperoleh ketenaran atau penerimaan karena usaha-usahanya dan dapat secara kebetulan menggunakan keuntungan-keuntungan semacam ini bagi mereka hanyalah suatu kebetulan. Siswa-siswa golongan ini tidak memerlukan insentif untuk melakukan aktifitas belajar, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan pengetahuan, pengertian, pengalaman dan pengembangan diri.

11 Drs. Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cet. Keenam, Desember 2013; PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hal.171

A.     Kesimpulan

Sebagai akhir dari pembahasan yang telah penulis uraikan sebelumnya, penulis mengharapkan bahwa setiap tenaga kependidikan setidaknya berperan aktif dalam melakukan proses pembelajaran yang bernuansa paedagogie, paedagoog, sehingga minat serta peran aktif siswa dalam belajar dapat termotivasi dan akan timbul gairah untuk belajar, meskipun pemahaman siswa dalam hal ini sangat penting bagi guru maupun pembimbing guna dapat menciptakan situasi yang tepat serta dapat memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk belajar dan berakhir dengan keberhasilan.

Daftar Pustaka

Dimyati &   Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran.-jakarta;   Rineka   Cipta, 2013.

Pembelajaran.-jakarta; Rineka Cipta, 2013.

Dimyati. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud. 2005;

Darsono, Max. dkk. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2000 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran.-jakarta; Rineka Cipta, 2013.

F Koeswara. Motivasi. Bandung; Angkasa. Dalam., Dr. Dimyati, Belajar dan

Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan (umum & Agama Islam).-Ed. Revisi – 10-Jakarta; Rajawali Pers, 2012.

N Sudirman.,dkk.,Ilmu Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992.

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cet. Keenam, Desember 2013; PT. Rineka Cipta, Jakarta.